‘Menurut loe kenapa gw harus menikah?’
Sebaris kalimat itu datang dari seorang teman lewat YM saya beberapa hari lalu. Sial, dua hari berturut-turut dalam satu minggu ini beruntun saya ditanya hal-hal yang ‘sersan’, seperti pertanyaan di atas ini dari dua sobat saya yang lagi galau. Mereka mempertanyakan apa alasan yang masuk akal buat seseorang untuk menikah.
‘Heh?!’ respon saya begitu pertanyaan dalam YM itu datang dari sobat saya, Dee. Agak merasa jengkel membacanya, wong sudah jelas status YM saya tertulis : berteman dengan deadline a.k.a sibuk. Kok ya tega-teganya dia melakukan ini pada saya. Dee tahu kalau betapa pun sibuknya saya, saya gak mungkin bisa cuek.
‘Kenapa? Terlalu susah, ya? Menyita waktu kerja loe yg sok padat itu?’ tanya Dee gencar. Hmm, rupanya nona satu ini benar-benar butuh jawaban, dan butuh dijitak tiga kali saat nanti saya bertemu dengannya.
‘Kenapa sih, non? Hobinya kok ngasih pertanyaan yang bikin gerah, mbok kalo hobi itu bagi-bagi sembako ke rakyat kecil atau kirim-kirim makanan ke gw.’
‘Gw serius, Lee. Give me one damn good answer to get married!’
Jeda sesaat. Sambil berpikir saya meng-klik icon senyum di YM, lalu meng-klik icon sedih, icon tertawa, icon terpingkal-pingkal, sampai akhirnya Dee mem-buzz saya.
‘Leeeeeeeeeeeeee……………………!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!’
Ugghh……, baiklah…, baiklah……!!
‘Kenapa sih emangnya? Loe udah dapat jodoh? Udah ketemu si mister wrait? Atau ortu loe udah desperate jadi ngejodohin loe sama Mas Gatot tetangga loe itu?’ tanya saya.
‘Wei, gw serius ini, goblok.’
Sialan, udah nanyanya maksa ujung-ujungnya malah goblok-goblokin orang.
‘Karena umur loe udah lewat 30!!!’ Saya kasih tiga pentung sekalian. Biar berasa banget penekanannya.
Jeda lama. Saya jadi gak enak. Mungkin canda saya kelewatan, kita semua tahu kalau untuk persoalan nikah menikah ini umur jadi sangat sensitif untuk seorang wanita.
‘Dee…..,’
Tiada tanggapan.
‘Dee……., ‘
Tiada tanggapan juga.
Buzz!
‘Gw diajak married sama cowok gw.’ jawab Dee.
Saya tertegun. Agak lama kemudian saya pun terpingkal-pingkal.
‘Hwahahaha……..!!!’
Ya sodara-sodara, dengan kurang ajarnya saya malah tertawa terpingkal-pingkal. Tak lama akhirnya handphone saya pun berbunyi. Seperti yang sudah saya duga, si nona Dee ini akhirnya menelepon.
‘Lee….., gimana nih?’ Tanya Dee panik.
‘Loe jawab apa?’ Saya balik bertanya.
‘Gw belum jawab, gw bilang gw minta waktu. Dan si dia jadi bingung gitu. Secara loe tahu kalo gw udah tiga tahun pacaran sama dia…,’
Well, anda pasti bertanya-tanya mengapa Dee, si wanita beruntung ini, malah kebingungan saat sang kekasih hati melamar. Reaksi yang umumnya terjadi adalah si wanita biasanya meneteskan air mata bahagia atau berteriak-teriak jejingkrakan, tapi tidak dengan Dee. Sepertinya inilah yang kemungkinan besar akan terjadi bila anda menjalin hubungan setengah hati dengan seseorang yang hanya anda beri setengah cinta dan berjalan sampai tiga tahun lamanya. Bagaikan buah simalakama, hidup tak mampu mati pun tak mau.
Memang, pada kebanyakan sesi curhatnya dengan saya Dee seringkali mengatakan bahwa ia sebenarnya wanita berhati tidak mulia. Mengapa demikian? Karena ia wanita yang tidak dapat membalas cinta kekasihnya sepenuh hati namun tak sanggup memutuskan hubungan. Selalu dan selalu dikatakan bahwa beberapa kali ia berniat memutuskan hubungan cinta itu, namun selalu batal dengan alasan yang menurut saya sangat masuk akal.
‘Gw gak sanggup sendiri, ‘
Mendengarnya saya pun hanya bisa manggut-manggut. Siapa sih yang mau ‘sendiri’?
Anda dan saya punya banyak teman dan sahabat, demikian juga dengan Dee. Anda dan saya punya keluarga yang hangat dan saudara-saudara yang akan selalu mensupport, begitu juga halnya dengan Dee. Tapi saya sendiri (dan anda) pastinya telah menyadari bahwa selalu ada keterbatasan untuk teman, sahabat, saudara dan keluarga menemani kita. Itulah mengapa individu-individu yang pernah gagal bercinta tak jera untuk mendapatkan cinta yang baru.
`Laki-laki seperti apa sih yang akan loe nikahi, Lee?’ Dee bertanya.
‘Laki-laki yang gw cintai, pastinya.’
‘Lee, love is one thing. Marriage is another thing. Gimana loe bisa tahu dia pria yg tepat untuk dinikahi? Emangnya loe sama sekali gak khawatir kalo hidup loe mungkin aja hancur di masa depan gara-gara loe menikahi laki-laki itu?!’ Well, Dee has the point.
Sejujurnya saya pernah memikirkan hal ini. Sambil ngantuk-ngantuk di sela-sela jam siaran malam saya di radio dulu, lirik sebuah lagu yang secara acak saya pilih tiba-tiba menelusup dalam diri saya. Dan saya berpikir, this is exactly what I feel when I decided to spend my lifetime with someone.
Naked and Sacred
…………………………..
“When I’m with you
I feel naked and sacred
And this world can’t be so cold
And I want to hold you naked
And sacred ‘till I grow old
Since I’ve met you (since I’ve met you)
My life has changed (my life has changed)
I feel like a bird
That has been let out of it cage”
Robert Miles feat. Maria Nayler
Sederhana sekali. Seperti itulah yang pastinya akan saya rasakan waktu saya memutuskan untuk menjalani hidup berdampingan bersama seseorang, perkara hancur atau tidak di masa depan itu perkara nanti. Sebelumnya kita harus sampai pada waktu dimanad segalanyaberjalan lancar dan sesuai rencana. Keinginan saya adalah menikahi seorang soulmate. Mungkin begitu juga dengan anda. Mungkin begitu juga dengan Dee. But life is unpredictable.
“I know that somewhere in the Universe exists my perfect soulmate – but looking for her is much more difficult than just staying at home and ordering another pizza.”
Quote ini mungkin bisa memperjelas bagaimana life could be very unpredictable. Itulah mengapa dua orang sahabat saya, seorang lelaki dan seorang wanita, telah membuat janji untuk mulai mencari satu sama lain dan melihat kemungkinan apakah mereka bisa hidup berdampingan sebagai suami istri BILA keduanya masih single saat mencapai usia 30 tahun. Dulu saya pikir mereka berdua gila. Namun saat saya mendapat kabar kalau si pria akan jauh-jauh datang dari Jepang untuk memenuhi janjinya begitu ia mencapai usia 30 tahun September nanti, saya ikut senang. Si wanita pun walaupun malu-malu, tak menampik bahwa ia menantikan saat sahabat lelaki saya dengan siapa ia membuat janji itu datang.
Dan saya berpikir, mengapa demikian? Mungkinkah jawabannya sama dengan Dee?
‘Gw gak sanggup sendiri.’
Begitu selalu jawaban Dee saat ditanya. Pagi ini ketika saya mendapat kabar bahwa ia menerima lamaran kekasih yang tidak dicintainya sepenuh hati itu, saya pun bisa maklum.
“I’ve got everything I need except a man. And I’m not one of those women who thinks a man is the answer to everything. But I’m tired of being alone.”
Ada banyak alasan mengapa seseorang memilih untuk sendiri, namun di akhir lunch break yang saya gunakan untuk menulis postingan ini, saya merasakan betapa saya kagum pada anda semua single fighter yang tak letih mencari soulmate-nya.
Soulmate
Incompatible, it don’t matter though
‘cos someone’s bound to hear my cry
Speak out if you do
You’re not easy to find
Is it possible Mr. Loveable
Is already in my life?
Right in front of me
Or maybe you’re in disguise
Who doesn’t long for someone to hold
Who knows how to love you without being told
Somebody tell me why I’m on my own
If there’s a soulmate for everyone
Here we are again, circles never end
How do I find the perfect fit
There’s enough for everyone
But I’m still waiting in line
Who doesn’t long for someone to hold
Who knows how to love you without being told
Somebody tell me why I’m on my own
If there’s a soulmate for everyone
If there’s a soulmate for everyone
Most relationships seem so transitory
They’re all good but not the permanent one
Who doesn’t long for someone to hold
Who knows how to love you without being told
Somebody tell me why I’m on my own
If there’s a soulmate for everyone
Who doesn’t long for someone to hold
Who knows how to love you without being told
Somebody tell me why I’m on my own
If there’s a soulmate for everyone
If there’s a soulmate for everyone
by Natasha Bedingfield